Travel Umroh - Sa’i adalah ritual atau rukun haji yang dilakukan dengan cara berlari kecil dari bukit Shofa ke Marwah sebanyak tujuhkali putaran. Syarat sahnya Sa’i adalah dilakukan setelah thawaf, melewati sepanjang lintasan Shofa-Marwah, melengkapi tujuh putaran (dari Shofa-Marwah dihitung satu putaran, Marwah kembali ke Shofa dihitung sebagai putaran kedua dan seterusnya). Sunnah Sa’i adalah: suci dari hadits besar, kecil dan najis, kontinu, mempercepat lari di antara dua lampu hijau, membaca doa dan dzikir dan kalimat thayyibah, berjalan kaki bagi yang mampu. Sa’i merupakan rukun haji yang wajib dilaksanakan. Menurut kamus Arab – Indonesia yang disusun oleh Professor DR. Mahmud Yunus dapat diartikan sebagai berusaha, bekerja, berjalan, berlari. Sa’i dilakukan setelah melaksanakan thawaf baik thawaf umroh ataupun thawaf ifadhoh. Kewajiban Sa’i dalam berhaji dinyatakan secara implisit dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 158 :
“Sesungguhnya Shofa dan Marwah adalah sebagian dari syiar Allah.” Ritual Sa’i sebagai rukun haji juga diperkuat sebuah riwayat. Diriwayatkan oleh Imam Ad Daruquthni dalam kitab Majmu’ dengan sanad hasan, bahwa Rasulullah Saw pernah melakukan Sa’i sambil menghadap kiblat dan bersabda; “Lakukanlah Sa’i karena sesungguhnya Sa’i ini telah diwajibkan kepada kalian.” Di balik perintah Allah dan riwayat Rasulullah ritual Sa’i sesungguhnya merupakan ritual yang diwajibkan kepada para jamaah haji agar mendapat hikmah. Ritual Sa’i memiliki sejarah tentang sebuah kisah dari perjuangan seorang bunda mulia dan sosok bayi yang kelak hidup terhormat sebagai utusan Allah. Sa’i mengandung hikmah yang sangat dalam agar umat Islam dapat mengambil pelajaran dari kisah tersebut. Latar belakang Sa’i adalah ketika Hajar, istri nabi Ibrahim dan anaknya yang masih bayi yaitu Ismail diasingkan ke suatu negeri yang merupakan cikal bakal Mekkah saat ini. Nabi Ibrahim mengasingkan istri dan anaknya untuk menghindari kecemburuan Sarah istri pertamanya. Diceritakan bahwa Hajar dan Ismail kecil ditinggalkan di samping sebuah pohon besar untuk berteduh dan ditinggalkan air dalam bejana serta kurma. Nabi Ibrahim kemudian melanjutkan perjalanan sesuai perintah Allah untuk menuju daerah yang kemudian menjadi Kabah seperti saat ini. Ketika meninggalkan istri dan anaknya, nabi Ibrahim berdoa yang inti doanya ini diabadikan dalam Al-Quran dalam surat Al-Baqarah; “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak terdapat tumbuhan di dekat rumah-Mu (Baitullah) yang dihormati. Ya Tuhanku, yang demikian itu agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, agar mereka bersyukur.” Sepeninggal Nabi Ibrahim persediaan kurma dan air dalam bejana pun habis. Siti Hajar pun khawatir sebab sang suami tak kunjung kembali. Naluri keibuannya muncul untuk mencukupi kebutuhan air bagi sang anak. Siti Hajar kemudian berusaha mencari air minum agar ia dapat menyusui anaknya kembali. Dalam pencariannya Siti Hajar meletakkan anaknya Nabi Ismail AS di bawah pohon. Ia berjalan dan berlari-lari kecil ke bukit Shofa, namun tak kunjung menemukan sumber air. Kemudian Siti Hajar kembali berlari-lari kecil kearah bukit lainnya yang dikenal dengan nama bukit Marwah, namun tetap tak menemukan sumber air. Pencarian sambil berlari kecil ini dilakukan Siti Hajar terus-menerus, bolak-balik Shofa dan Marwah sebanyak 7 kali. Ketika dalam kepasrahan berujung putus asa Siti Hajar mendengar bisikan yang menyuruhnya diam dan bersabar. Suara yang berasal dari malaikat utusan Allah tersebut membawa kabar gembira. Hentakan kaki-kaki kecil Nabi Ismail AS yang menyentuh tanah ini kemudian memunculkan sumber air bersih. Sumber air ini kemudian dikenal sebagai air zam zam yang tak pernah mengering sepanjang masa. Munculnya sumber air ini memungkinkan Siti Hajar untuk mengisi kembali bejananya yang kosong dan memberi minum sang putra. Beberapa waktu kemudian serombongan penduduk suku Jurham datang ke tempat tersebut dan berdiam di sekitar sumber air zam-zam seizin Siti Hajar. Hikmah dan Makna Ritual Sa'i Ritual Sa’i menimbulkan hikmah tentang dua hal penting yang harus dipegang teguh sebagai hamba Allah. Dua hal tersebut adalah totalitas tawakal atau kepasrahan terhadap kehendak dan takdir Allah dan totalitas ikhtiar dan perjuangan
0 Comments
Your comment will be posted after it is approved.
Leave a Reply. |
www.travelumrohhajiku.com